Kamis, 13 Oktober 2016

METODE DAN MEDIA PEMBELAJARAN

METODE DAN MEDIA
A.    METODE
v   Pengertian Metode
Metode berasal dari Bahasa Yunani methodos yang berarti cara atau jalan yang ditempuh. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka, metode menyangkut masalah cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode berarti sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau membuat sesuatu.
Metode dapat mengacu kepada beberapa hal berikut:
·         Metode ilmiah, langkah-langkah yang ditempuh untuk memperoleh hasil ilmiah.
Metode ilmiah atau proses ilmiah (bahasa Inggris: scientific method) merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
·         Metode (ilmu komputer), suatu bagian kode yang digunakan untuk melakukan suatu tugas.
·         Metode (musik), semacam buku teks untuk membantu murid belajar memainkan alat musik.
·         Metode Mengajar, merupakan cara yang dilakukan oleh seorang pendidik atau seorang guru kepada naradidik pada saat mengajar.
v   Macam-macam Metode
1.    Metode Ceramah ( Lecture )
Metode ceramah berbentuk penjelasan pengajar kepada peserta didik dan biasanya diikuti dengan tanya jawab tentang isi pelajaran yang belum jelas. Yang perlu dipersiapkan hanyalah daftar topic yang akan diuraikan dan media visual yang sederhana.
Metode ini tepat untuk diterapkan bila :
a.         Kegiatan intruksional baru dimulai.
b.        Waktu terbatas, sedangkan informasi yang disampaikan banyak.
c.         Jumlah pengajar sedikit, sedangkan jumlah peserta didik banyak.
Tetapi, metode ini mempunyai keterbantasan sebagai berikut :
a.         Partisipasi peserta didik lemah.
b.        Kemajuan peserta didik sulit dipantau.
c.         Perhatian dan minat peserta didik tidak dapat dipantau.

2.    Metode  Demonstrasi
Metode demonstrasi mengambil bentuk sebagai contoh pelaksanaan suatu keterampilan atau proses kegiatan.penggunaan metode ini mensyaratkan adanya suatu keahlian untuh mendemonstrasikan penggunaan alat atau melaksanakan kegiatan tertentu seperti kegiatan yang sesungguhnya. Keahlian mendemonstrasikan tersebut harus dimiliki oleh pengajar dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendemonstrasikan ulang.
Kesulitan penggunaan metode ini adalah mendapatkan orang yang bukan ahli dalam mendemonstrasikan keterampilan atau prsedur yang akan diajarkan, serta mampu menjelaskan setiap langkah yang didemonstrasikan secara verbal.

3.    Metode Penampilan
Metode Penampilan berbentuk pelaksanaan praktik oleh peserta didik di bawah supervisi dari dekat oleh pengajar. Untuk menggunakan metode ini pengajar harus :
a.    Memberikan penjelasan yang cukup kepada peserta didik selama berpraktik.
b.    Melakukan tindakan pengamanan sebelum kegiatan praktik dimulai untuk keselamatan peserta didik dan alat-alat yang digunakan.
Metode penampilan tepat digunakan bila :
a.    Pelajaran telah mencapai tingkat lanjutan.
b.    Kegiatan instruksional bersifat formal, latihan kerja, atau magang.
c.    Peserta didik mendapat kemungkinan untuk menerapkan apa yang dipelajarinya ke dalam situasi sesungguhnya.
d.   Kondisi praktik sama dengan kondisi kerja.
e.    Dapat disediakan bimbingan kepada peserta didik secara dekat selama praktik.
Keterbatasan penggunaaan metode penampilan adalah :
a.    Membutuhkan waktu panjang, karena peserta didik harus mendapatkan kesempatan berpraktik sampai baik.
b.    Membutuhkan fasilitas dan alat khusus yang mungkin mahal, sulit diperoleh, dan dipelihara secara terus menerus.
c.    Membutuhkan pengajar yang lebih banyak, karene setiap pengajar hanya dapat membantu sejumlah peserta didik.

4.    Metode Diskusi
Metode Diskusi adalah interaksi antara peserta dari peserta didik, atau peserta didik dengan pengajar untuk menganalisis, menggali, atau memperdebatkan topic atau permasalahan tertentu.
5.    Metode Studi Mandiri
Metode Studi Mandiri berbentuk pelaksanaan tugas membaca atau penelitian oleh peserta didik tanpa bimbingan atau pengajaran khusus.
Metode ini dilakukan dengan cara :
a.    Memberikan daftar bacaan kepada peserta didik peserta didik yang sesuai dengan kebutuhannya.
b.    Menjelaskan hasil yang diharapkan dicapai oleh peserta didik pada akhir kegiatan studi mandiri.
c.    Mempersiapkan tes untuk menilai keberhasilan peserta didik.
Penerapan metode ini adalah :
a.    Pada tahap akhir proses belajar.
b.    Dapat digunakan pada semua mata pelajaran.
c.    Menunjang metode intruksional yang lain.
d.   Meningkatkan kemampuan  kerja peserta didik.
e.    Mempersiapkan siswa untuk kenaikan tingkat atau jabatan.
f.     Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperdalam minatnya tanpa dicampuri  peserta didik lain.

6.    Metode  Kegiatan instruksional Terprogram
Metode  Kegiatan instruksional Terprogram  menggunakan bahan instruksional yang disiapkan secara khusus. Untuk menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Peserta didik harus benar-benar memiliki seluruh bahan, alat-alat dan perlengkapan lain yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pelajaran tersebut.
b.    Peserta didik harus benar-benar tahu bahwa bahan itu bukan tes. Respon yang harus dibuat siswa selama proses belajarnya dimaksudkan untuk membantu belajar, bukan untuk dijadikan dasar penilaian dalam mata pelajaran tersebut.
c.    Tersedia sumber yang dapat membantu peserta didik bila mengalami kesulitan.
d.   Secara periodik, peserta didik harus dicek kemampuannya untuk membuatnya benar-benar belajar.
Metode ini diterapkan untuk :
a.    Kurang mendapatkan interaksi sosial.
b.    Semua tahap belajar, dari permulaan sampai dengan proses akhir belajar peserta didik.
c.    Pelajaran formal, belajar jarak jauh, dan magang.
d.   Mengatasi kesulitan perbedaan individual.
e.    Mempermudah peserta didik belajar dalam waktu yang diinginkan.
Metode ini  memiliki keterbatasan sebagai berikut :
a.    Bahan pelajaran yang telah dikumpulkan dengan baik membuat peserta didik melalui urutan kegiatan belajar yang sama. Hal ini  membuat metode kurang fleksibel.
b.    Biaya pengembangan tinggi.
c.    Peserta didik kurang mendapat interaksi sosial.

7.    Metode Latihan dengan Teman
Memanfaatkan seorang peserta didik yang telah lulus dalam latihan tertentu untuk bertindak sebagai pelatih bagi seorang peserta didik lain. Untuk menggunakan metode ini perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a.    Mula-mula seorang peserta didik memperhatikan peserta didik yang lain yang telah mencapai tingkat lanjut dalam melaksanakan semua tugas di bawah supervisi pelatih.
b.    Setelah mengenal tugas tersebut, peserta didik dilatih dalam keterampilan melakukannya.
c.    Setelah lulus tes, ia menjadi pelatih untuk peserta didik berikutnya.
Metode ini dapat dilaksanakan apabila :
a.    Semua tahap yang membutuhkan latihan satu persatu.
b.    Latihan kerja, latihan formal dan magang.
Metode ini memiliki kelemahan sebagai berikut :
a.    Terbatasnya siswa yang dapat dilatih dalam satu periode tertentu.
b.    Kegiatan latihan harus senantiasa dikontrol secara langsung untuk memelihara kualitas.

8.    Metode Simulasi
Metode ini menampilkan simbol-simbol atau peralatan yang menggantikan proses, kejadian, atau benda yang sebenarnya. Metode simulasi adalah metode yang diberikan kepada peserta didik, agar peserta didik dapat menggunakan sekumpulan fakta, konsep, dan strategi tertentu. Penggunaan metode tersebut memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berinteraksi sehingga dapat mengurangi rasa takut. Metode simulasi cenderung lebih dinamis dalam menanggapi gejala fisik dan sosial, karena melalui metode ini seolah-olah peserta didik melakukan hal-hal yang nyata ada. Dengan mensimulasikan sebuah kasus atau permasalahan, seseorang akan lebih menjiwai keberadaannya.

9.    Metode  Sumbang pendapat atau sumbang saran (Brainstorming)
Proses penampungan pendapat dari peserta didik tanpa evaluasi terhadap kualitas pendapat tersebut. Metode ini tepat digunakan untuk meningkatkan partisipasi peserta didik dalam mengajukan pendapatnya. Tetapi, metode ini dapat menimbulkan frustasi di kalangan peserta didik, karena mereka tidak menemukan konsensus pada akhir proses tersebut. Akan  tetapi guru  dapat mengambarkan bahwa yang diminta adalah buah fikiran dengan alasan-alasan rasional.
10.    Metode Studi Kasus
Metode studi kasus berbentuk penjelasan tentang masalah, kejadian, atau situasi tertentu, kemudian peserta didik ditugaskan mencari alternative pemecahannya. Metode ini digunakan untuk mengembangkan keterampilan berfikir kritis dan mendapatkan persepsi baru dari suatu konsep atau maslah. Metode ini tepat digunakan untuk peserta didik yang mempunyai latar belakang pengetahuan yang cukup dalam masalah tersebut.
Kesulitan metode ini adalah :
a.    Mendapat kasus yang telah ditulis dengan baik sebagai hasil penelitian lapangan dan sesuai dengan lingkungan kehidupan peserta didik.
b.    Mengembangkan kasus sangat mahal.

11.    Metode  Computer Assisted Learning (CAL)
Metode ini berbentuk suatu seri kegiatan belajar yang sangat berstruktur dengan menggunakan computer. Metode ini dapat digunakan pada setiap tingkat pengetahuan dari yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks. Kesulitan penggunaan  metode ini :
a.    Pengembangan program CAL membutuhkan biaya tinggi dan waktu lama.
b.    Pengadaan dan pemeliharaan alat yang mahal.

12.  Metode Insiden
Merupakan variasi dari metode studi kasus. Peserta didik dibekali dengan data dasar yang tidak lengkap tentang peristiwa atau masalah. Ia harus mencari data tambahan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya tentang peristiwa atau masalah tersebut. Kelebihan metode ini dari metode studi kasus adalah peserta didik belajar menyusun dan menyelami masalah lebih dahulu sebelum belajar berpikir kritis untuk mencari pemecahannya.
13.  Metode Praktikum
Berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik untuk menyelesaikan suatu proyek dengan berpraktik dan menggunakan instrumen tertentu.
14.  Metode Proyek
Metode proyek berbentuk pemberian tugas kepada  semua peserta didik untuk dikerjakan secara individual. Metode ini bertujuan membentuk analisis masing-masing peserta didik.

15.  Metode Bermain Peran
Berbentuk interaksi antara dua atau lebih peserta didik tentang suatu topik atau situasi. Metode sosiodrama (role playing) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan mendramasisasikan tingkah laku dalam hubungan social dengan suatu problem, agar peserta didik dapat memecahkan masalah sosial. Metode sosiodrama adalah metode yang bertujuan untuk mempertunjukkan suatu perbuatan dari suatu pesan yang ingin disampaikan dari peristiwa yang pernah dilihat. Metode ini juga menjadikan peserta didik menjadi senang, sedih, tertawa jika pemerannya bisa menjiwai dengan baik.

16.  Metode Seminar
Metode seminar berbentuk kegiatan belajar bagi sekelompok peserta didik untuk membahas topik atau masalah tertentu. Setiap anggota seminar diharapkan aktif berpartisipasi. Penyelesaian tugas membahas topic atau masalah tersebut menjadi tanggung jawab anggota seminar, sedangkan pengajar bertindak sebagai narasumber.

17.  Metode Simposium
Metose symposium mengetengahkan suatu seri ceramah mengenai berbagai kelompok topik dalam bidang tertentu. Ceramah tersebut diberikan oleh beberapa ahli.

18.  Metode Tutorial
Metode tutorial berbentuk pemberian bahan belajar yang telah dikembangkan untuk dipelajari peserta didik secara mandiri dan kesempatan berkonsultasi secara perodik tentang kemajuan dan masalah yang dialaminya.
19.  Metode Deduktif
Metode deduktif dimulai dengan pemberian penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran, kemudian disusul dengan penerapannya atau contoh-contohnya pada situasi tertentu. Metode ini bergerak dari yang bersifat umum ke yang bersifat khusus.
Metode ini tepat digunakan bila :
a.    Peserta didik belum mengenal pengetahuan yang sedang dipelajari.
b.    Isi pelajaran meliputi terminology, teknis dan bidang yang kurang membutuhkan proses berfikir kritis.
c.    Pengajar mengenai pelajaran tersebut mempunyai pesiapan yang baik dan pembicara yang baik.
d.   Waktu yang tersedia singkat.

20.  Metode  Induktif
Metode induktif dimulai dengan pemberian berbagai kasus, fakta, contoh, atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip. Kemudian, peserta didik dibimbing untuk berusaha keras mensintetis, menemukan, atau menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Metode ini disebut pula metode discovery atau Socratic.
Metode ini tepat digunakan bila :
a.    Peserta didik telah mengenal atau telah mempunyai pengalaman yang berhubungan dengan mata pelajaran tersebut.
b.    Yang akan diajarkan berupa keterampilan berkomunikasi antar pribadi, sikap, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
c.    Pengajar mempunyai keterampilan mendengarkan yang baik, fleksibel, terampil mengajukan pertanyaan, terampil mengulang pertanyaan, dan sabar.
d.   Waktu yang tersedia cukup panjang.

21.    Metode Konstruktivisme
Metode konstruktivisme berbasis eori dan filsafatbelajar yang menganut prinsip bahwa pengetahuan peserta didikdikonstruksi berdasarkan aktivitas mentalnya pada saat proses instruksional. Peserta didik mengkontruksi dansekaligus memberikan arti pengetahuan tersebut bagi kehidupan pribadinya. Mtode konstruktivisme membentuk proses belajar sebaga aktivitas internal peserta didik dengan melibatkan diri dalam interaksi dengan dunia nyata. Selama proses belajar, peserta didik mengambil tanggung jawab utama sampai tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
            Kegiatan instruksional dalam metode konstuktivismedilakukan dengan tahap sebagai berikut :
a.    Pengembangan situasi yang meliputi penjelasan tentang tujuan instruksional, pentingnya pencapaian tujuan, proses interaksi, dan cara menunjukan hasil belajar.
b.    Pengorganisasian kelompok peserta didik.
c.    Membangun ‘jembatan” yang menghubungkakn pengetahuan yang sudah dikuasai pada awal kegiatan instruksionaldengan pengetahuan baru yang sedang di pelajari.
d.   Mengajak refleksi yang meliputi penilaian kolektif tentang tahapan instruksional.

22.  Problem-Base Learning
Kegiatan instruksional dengan metode problrm-base leraning dimaksudkan untuk membangun kompetensi peserta didik dalam memecahkan maslah yang kompleks dalam dunia nyata melalui penggunaan penelitian, teori, dan prinsip yang relevan dengan maslah yang dihadapi.

23.  Inquiry
Metode inquiry digunakan untuk pengambangan kekuatan berfikir secara rasional. Didalamnya mengandung kemampuan bertanya, menciptakan hipotesis dan menguji teori. Kegiatan instruksional dalam metode inquiry meliputi :
a.    Pengindentifikasian masalah.
b.    Mengindentifikasi rincian pertanyaan-pertanyaan yang relevan masalah.
c.    Membuat berbagai alternative hipotesis.
d.   Memilih rumusan hipotesis.
e.    Menganalisis.
f.     Menyimpulkan.

24.  Discovery
Metode discovery merupakan kegiatan instruksionalyang memberikan kesempatan kepad apeserta didik untuk mendapatkan sendiri pengetahuan baru. Peserta didik harus aktif melakukan kegiatan belajar sendiri dan memberikan kemungkinan untuk melakukan tindakan “coba-coba”. Pada garis besarnya, metode discovery terdiri dari tahapan berikut :
a.    Persiapan
b.    Pelaksanaan
c.    Penutup
Disamping semua metode diatas, masih banyak metode lain yang dapat pula digunakan termasuk suatu metode baru atau kombinasi beberapa metode yang diciptakan setiap pengajar.
Berikut ini dikemukakan table yang menunjukan hubungan metode dan kemampuan dalam TIK.  Table ini diharapakan dapat dijadikan salah satu bahan pertimbangan dalam memilih metode disamping pertimbangan-pertimbangan lain seperti : jumlah peserta didik, jumlah pengajar, alat dan fasilitas yang tersedia, biaya, dan waktu.
No
METODE
KOMPETENSI DAN TIK
1.
CERAMAH
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
2.
DEMONSTRASI
Melakukan suatu keterampilan berdasarkan standar prosedur tertentu
3.
PENAMPILAN
Melakukan suatu keterampilan
4.
DISKUSI
Menganalisis/memecahkan masalah
5.
STUDI MANDIRI
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mensintesis/mengevaluasi/melakukan sesuatu, baik yang bersifat kognitif maupun psikomotorik.
6.
KEGIATAN INSTRUKSIONAL TERPROGRAM
Menjelaskan konsep, prinsip, atau prosedur
7.
LATIHAN DENGAN TEMAN
Melakuakan suatu keterampilan
8.
SIMULASI
Menjelaskan, menerapka, dan menganaisis suatu konsepdan prinsip
9.
SUMBANG SARAN
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis konsep, prinsip, dan prosedur tertentu
10.
STUDI KASUS
Menganalisis/memecahkan masalah
11.
COMPUTER ASSISTED LEAMING
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis/mengevaluasi suatu kasus
12.
INSIDEN
Menganalisis/memecahkan masalah
13.
PRAKTIKUM
Melakukan suatu keterampilan
14.
PROYEK
Melakukan sesuatu/menyusun laporan suatu kegiatan
15.
BERMAIN PERAN
Menerapkan suatu konsep, prinsip, atau prosedur
16.
SEMINAR
Menganalisis/memecahkan masalah
17.
SIMPOSIUM
Menganalisis masalah
18.
TUTORIAL
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep, prinsip, atau prosedur
19.
DEDUKTIF
Menjelaskan/menerapkan/menganalisis suatu konsep, prinsip, atau prosedur
20.
INDUKTIF
Mensintesis suattu konsep, prinsip, atau prilaku
21.
KONSTRUKTIVISME
Memperoleh pengetahuan baru berdasarkan pengetahuan lama dan pengalaman melalui kolaborasi dengan teman sejawat
22.
PROBLRM-BASED LEARNING
Memperoleh rumusan pemecahan masalah melalui interaksi belajar bersama teman sejawat
23.
INQUIRY
Kemampuan berfikir dan bertindak sesuai dengan proses dan kaidah hokum
24.
DISCOVERY
Kemampuan dan keberanian melakukan kegiatan “coba-coba” untuk mendapatkan jawaban terhadap pertanyaan yang belum pernah ada jawabannya



B.     MEDIA
v Pengertian Media
Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab media adlah perantara atau pengantar peasn dari pengirim kepada penerima pesan. Gerlach& Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses belajar mengajar cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.
Dengan kata lain, media adalah komponen suber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional si lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Dilain pihak, National Education Assosiation memberikan definisi media sebagai bentuk-bentuk komunikasi baik tercetak maupun audio-visual dan peralatannya, dengan demikian media dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, ataupun dibaca.
Sekali lagi, beberapa istilah pokok seputar media adalah :
a.    Teknologi pembelajaran atau pendidikan
b.    Sumber belajar
c.    Alat peraga

v Ciri-ciri Media Pendidikan
Gerlach & Ely (1971) mengemukakan tiga cirri media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkinpengajar tidak mampu (atau kurang efisien) melakukannya.
a.       Ciri fiksatif (Fixative property) : Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan menrekonstruksi suatu peristiwa atau objek.
b.      Ciri manipulative (manipulative property) : Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulative. Contoh video editing
c.       Ciri distributive (distributive property) : Ciri distributive dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian ditranspormasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumpah peserta didik dengan stimulus pengalaman yang relative sama mengenai kejadian itu.
DAFTAR PUSTAKA
Ø  M ali Suparman. 2012. Desain Instruksional Modern. Jakarta. Penerbit Erlangga
Ø  Prof. Dr. Azhar Arsyad,M.A. 2013. Media Pembelajaran. Jakarta. RajaGrafindo Persada